Ilustrasi |
Diceritakan oleh Imam Al-Quthubi dari Ar-Rabi’ bin Shabih, empat
orang pernah datang kepada Hasan Bashri mengadukan masalah yang berbeda-beda.
Orang pertama mengadukan tanahnya yang tandus dan gersang, orang
kedua mengadukan rizkinya yang sempit, orang ketiga mengadukan telah lama tidak
memiliki anak, dan orang keempat mengadukan tanamannya yang tidak berbuah.
Kepada keempat orang itu, Hasan Bashri hanya berkata
singkat,Beristigfarlah! Ibnu Shabih merasa heran. Bertanyalah ia kepada Hasan
Bashri, “Wahai Hasan, empat orang mengadukan permasalahan berbeda, kenapa
engkau menyuruh semuanya beristigfar?”
Hasan Bashri menjawab, “Apa yang aku katakan kepada mereka
bukanlah dariku, tapi dari Allah SWT dalam QS Nuh [71]: 10-12.”
Dalam surah tersebut disebutkan, ’’Maka aku katakan kepada
mereka: ‘Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun.
Niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, membanyakkan harta
dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di
dalamnya) untukmu sungai-sungai.”
Istighfar, memohon ampunan kepada Allah dengan mengucapkan
kalimatastaghrifullaah, adalah amalan agung yang menjadi kebiasaan para nabi,
ulama, dan orang-orang saleh.
Ketika Nabi Ibrahim mengajak ayahnya meninggalkan penyembahan
berhala, beliau berkata, “Semoga keselamatan dilimpahkan kepadamu. Aku akan
memintakan ampun (beristighfar) bagimu kepada Tuhanku, sesungguhnya Dia sangat
baik kepadaku.” (QS Maryam [19]: 47).
Rasulullah SAW juga selalu membiasakan istighfar. Dalam satu
majelis, beliau bisa beristighfar 70 sampai 100 kali. “Demi Allah, sesungguhnya
aku beristighfar dan taubat kepada Allah dalam sehari lebih dari 70 kali.” (HR
Bukhari).
Selain mendapatkan ampunan Allah, istighfar mempunyai banyak
manfaat. Pertama, orang yang memperbanyak istighfar terutama di waktu
pagi sebelum Subuh, mendapatkan sanjungan Allah dan disediakan baginya surga
dengan segala kenikmatannya. (QS Ali Imran [3]: 15-17).
Kedua, istighfar adalah pintu untuk membuka kenikmatan-kenikmatan
baik yang disediakan oleh Allah. “Dan hendaklah kamu meminta ampun
(beristighfar) kepada Tuhanmu dan bertobat kepada-Nya. (Jika kamu mengerjakan
yang demikian), niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik (terus menerus)
kepadamu sampai kepada waktu yang telah ditentukan dan Dia akan memberikan
kepada tiap-tiap orang yang mempunyai keutamaan (balasan) keutamaannya. Jika
kamu berpaling, maka sesungguhnya aku takut kamu akan ditimpa siksa hari
kiamat.” (QS Hud [11]: 3).
Ketiga, istighfar bisa menghindarkan kita dari bencana. “Dan
Allah sekali-kali tidak akan mengazab mereka, sedang kamu (Muhammad) berada di
antara mereka. Dan tidaklah (pula) Allah akan mengazab mereka, sedang mereka
meminta ampun (beristigfar).” (QS Al-Anfal [8]: 33).
Dalam memahami ayat ini,
Abu Musa Al-Asy’ari pernah berkata, “Dulu kami mempunyai dua penjaga (dari
bencana) di dunia ini. Satunya telah pergi dan tersisa satu lagi. Yang pergi
adalah Rasulullah, yang yang masih tersisa adalah istighfar. Jika yang satu ini
hilang, maka celakalah kami semua.” Wallau a’lam.
EmoticonEmoticon